Divaksin

Daftar. Dipanggil. Verifikasi data. Disuntik. Selesai.

Yah, memang proses mendapatkan vaksinasi Covid-19 cuma begitu saja. Tidak ada sesuatu yang spesial. Prosesnya tidak berbeda dengan berbagai proses vaksin lainnya, seperti Polio, DPT, BCG, dan sebagainya.

Sama sekali tidak ada yang istimewa.

Yang membuatnya menjadi istimewa hanyalah karena divaksinasi anti Covid-19 saat ini masih sesuatu yang sulit. Ketersediaan vaksinnya belum banyak dan akhirnya belum semua orang mendapatkan rejeki yang satu ini.

Tidak mudah mendapatkannya karena ketika ada informasi acara vaksinasi massal, pendaftarnya langsung membludak dan kuota terpenuhi bahkan hanya dalam waktu 30 menit setelah dibuka. Persaingannya melebihi kompetisi masuk ke universitas favorit.

Oleh karena itulah, ketika adik si Yayang memberitahukan ada acara vaksinasi massal dan memberikan link pendaftarannya, saya tidak banyak omong lagi dan memerintahkan si Yayang dan si Kribo langsung mendaftar. Juga, tidak lupa saya meminta adik untuk ikut mendaftarkan diri.

Rejeki kami, ternyata tidak berapa lama kemudian kami menerima jadwal untuk divaksin. Saya, si Yayang, dan si Kribo mendapatkan jadwal lebih dulu. Adik saya mendapat jatah sehari kemudian.

Vaksin yang kami dapatkan adalah AstraZeneca.

Kalau membaca berbagai media dan juga melihat sikap banyak orang, vaksin ini katanya termasuk “keras” dan dihindari. Mungkin hal itu terpengaruh dari berita di luaran sana, vaksin yang satu ini pernah merenggut nyawa seorang reporter BBC (Kantor Berita Inggris) karena pembekuan darah. Beberapa informasi yang berkembang menyebutkan juga beberapa korban jatuh setelah divaksin.

Hanya saja, saya berpikir, bahaya Covid-19 lebih besar daripada resiko dari vaksin itu sendiri. Kasus 3 orang meninggal dari 3 juta dosis yang disuntukkan sama artinya dengan 1 kasus per satu juta dosis. Rasio yang jauh lebih kecil daripada resiko terinfeksi Corona di Commuter Line.

Jadi, saya mengabaikan informasi buruk terkait vaksin yang satu ini dan menjelaskan kepada semua anggota keluarga tentang pandangan saya terhadap situasi sekarang. Dalam penjelasan, saya juga memberi penerangan bahwa efiksasi dari vaksin ini termasuk baik dalam menghadapi si Covid.

Saya juga sudah menjelaskan kepada mereka bahwa kemungkinan efeknya terhadap tubuh, berdasarkan literatur yang saya baca.

Meskipun si Yayang sempat deg-degan, tetapi dengan didukung si Kribo, akhirnya kami justru menjadi tertawa-tawa dalam menghadapi vaksinasi.

Hari Senin, 21 Juni 2021 yang lalu, akhirnya kami bertiga pergi ke RS Salak, Rumah Sakit Tentara di Bogor yang juga sekaligus salah satu cagar budaya Kota Hujan untuk mengikuti vaksinasi pertama. Prosesnya sederhana saja, seperti yang disebutkan di awal dan tidak ada yang istimewa.

Begitupun, setelah divaksin. Tidak ada sesuatu yang mengkhawatirkan terjadi. Efek yang terasa sama seperti yang dijelaskan pada banyak informasi, kemudian oleh para tenaga kesehatan di sana.

Otot kaku dan tangan pegal. Sedikit meriang, tetapi panas tubuh tetap stabil. Si Yayang sempat mengalami sakit kepala kecil.

Namun, semua itu tidak terlalu bermasalah dan dalam satu hari saja, semua itu berlalu. Kami tidak mengalami sesuatu yang menakutkan. Dengan bantuan Antangin, masalah efek meriang pun cepat sirna. Hal ini diperkenankan dan sudah dijelaskan oleh para nakes saat vaksinasi bahwa efek ini mungkin terjadi dan untuk mengatasinya cukup dengan mengkonsumsi obat warung yang biasa dipergunakan atau parasetamol.

Tambahan efek vaksin Astrazeneca lainnya lebih mudah diselesaikan dan disembuhkan. Tanpa obat sama sekali.

Efek lain divaksin AZ ini adalah lapar yang semakin sering dan rasa kantuk yang juga sering. Penyelesaiannya tidak sulit, makan dan tidur saja. Tidak perlu obat untuk dikonsumsi.

Situasinya jauh dari kata mengerikan seperti yang dikesankan banyak berita yang beredar.

Jadi, saya hanya bisa mengatakan takut lah pada Covid dan bukan pada vaksinnya. Vaksin apapun sekarang adalah sebuah rejeki yang besar dan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti.

Dan, rejeki sebaiknya tidak ditolak, apalagi sudah jelas akan mengarahkan kepada kebaikan.

Setidaknya itu adalah pandangan dan pengalaman keluarga kami mendapatkan vaksinasi pertama Covid-19. Vaksinasi kedua kami dijadwalkan tiga bulan berselang, yaitu tanggal 20 September 2021.

6 thoughts on “Divaksin”

  1. Vaksin kedua jaraknya lumayan jauh ya pak setelah vaksin pertama? Teman saya baru vaksin juga minggu lalu (sepertinya di tanggal yang sama๐Ÿ˜), tapi jadwal untuk vaksin keduanya di bulan Agustus. Apakah beda-beda tergantung jenis vaksinnya ya?๐Ÿค”

    Syukur alhamdulillah efek vaksin yang muncul ternyata nggak semenyeramkan yang dikabarkan ya pak, memang sebaiknya kita memikirkan jangka panjangnya seperti apa. Kalau saya pribadi baru mau divaksin dalam waktu dekat karena sudah beberapa minggu ini kurang sehat๐Ÿ˜…. Semoga sehat selalu pak Anton dan keluarga!๐Ÿ˜‡

    Reply
    • Halo Awl.. iyah setiap vaksin berbeda-beda Awl, kalau Astrazeneca 8-12 minggu (sekitar 3 bulanan), Kalau sinovac biasanya 2 minggu sampai 1 bulan.

      Hayo Awl, kalau sudah sehat divaksin yah. Demi kita dan orang-orang yang disayang loh

      Reply

Leave a Reply to Just Awl Cancel reply