Kudu Diruwat

Bolak balik lihat ini blog, kok kayaknya dia harus diruwat. Tahu kan diruwat itu apa? Itu tuh dilakukan semacam selametan supaya nasib buruk atau kelakuan buruknya bisa berubah.

Kalau di wilayah dimana masyarakat Jawa berkuasa bahkan ruwatan itu ada yang sampai merubah nama juga.

Kenapa blog ini harus diruwat?

Soalnya nasibnya buruk banget. Dia selalu jadi sasaran tangan pemiliknya yang menjadi jahil kalau sedang bosan. Sayangnya bukan dengan diisi tulisan berisi keluhan kebetean atau kebosanan, tetapi lebih sering karena tampilannya diubah bolak balik.

Hari ini saja, setelah memandanginya selama 10 menit saja, tiba-tiba saja kepala memutuskan untuk memerintahkan tangan, mengubah tampilannya lagi. Warnanya dikembalikan menjadi putih, seperti asalnya.

Tampilan di halaman beranda juga berubah lagi dan diisi hanya satu tulisan saja.

Alasannya, ya itu masalahnya kenapa saya pikir ini berkaitan dengan nasibnya si blog ini. Tidak ada alasan khusus. Cenderung karena saya “ingin” saja, yang biasanya hadir kalau sedang merasa bosan atau kepala terlalu penuh.

Kebetulan juga, konsep blog ini memang “TIDAK ADA” alias yang punya cuma ingin punya ruang buat “bebas” tanpa terikat apapun.

Tidak heran blog ini tidak dikaitkan dengan berbagai Google Analytics, Google Search Console, atau Adsense.

Bebas lepas.

Menyenangkan memang, tetapi sekaligus merepotkan karena tanpa arah. Tidak punya tujuan yang jelas.

Jadilah nasibnya selalu luntang lantung, seperti perahu yang pengayuhnya kecebur dan orang di dalamnya ketiduran. Nasibnya dibiarkan mengikuti arus saja.

Tapi, mungkin itu yang dibutuhkan oleh pemiliknya.

Kehidupan sehari-harinya sudah terlalu padat dengan hal “bertujuan”.

Mungkin memang sudah nasib blog ini menjadi tempat saat pemiliknya sekedar ingin luntang lantung menulis sesuatu yang tidak jelas dan tanpa arah.

Tanpa beban. Tidak ada keharusan.

Karena, kalau melihat history blog ini, memang begitulah adanya konsep awal kenapa blog ini lahir.

Mungkin nasib mengemudikan nasib blog ini kembali ke khittahnya karena sempat digiring sama pemiliknya untuk tempat bernostalgia. Mungkin nasib yang digariskan adalah supaya blog ini difungsikan kembali seperti niat awalnya.

Untuk bebas, lepas, dan tanpa kekangan.

Mungkin nasib si blog ingin mengatakan, mewakili si Yayang kepada si pemilik blog, “Istirahat nape, jangan mikir terus. Tuh kepala ngebul tau!”

Yah, banyak benernya juga sih.

Lagi juga , bagus sih, saya tidak perlu mengeluarkan duit lagi untuk melakukan acara ruwatan blog.

Jadi hemat.

Dan, tidak ada ruginya juga.

(Bogor, 30 Maret 2021, saat kebulan asap di kepala masih banyak gegara menelurkan 2000-an kata untuk menulis 4 artikel untuk 4 blog)

2 thoughts on “Kudu Diruwat”

  1. *bantu kipasin kepala Kak Anton yang ngebul*
    Pantas dari kemarin ada bau-bau gosong apa gitu tiap buka Blogger, ternyata ada kepala yang sedang ngebul 🤣
    Sekarang masih ngebul nggak, Kak? Kalau masih, aku mau ambil sate nih, mau numpang masak di atas kepala Kak Anton wkwk

    Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply