Meja Kerja

Senyum lebar. Sedikit meringis menjurus nyengir. Pastinya mengandung rasa puas bin senang. Kalau mau membayangkan, kira-kira mirip muka si kucing nakal Garfield sehabis melakukan kejahilan.

Kira-kira begitulah muka saya sore ini sehabis mandi. Tentunya, sebelum mengetik di notebook HP berusia hampir 3 tahun.

Sambil bersedekap dan mata mengarah pada salah satu sudut rumah tipe RSSSSSSS (Rumah Sangat Sederhana Sempit Sekali Selonjor Saja Susah) kami. (Tolong cek apakah huruf S-nya sudah tujuh atau belum yah). 

Penghuni sudut itu hari ini baru saja berganti.

Dulunya, disana ada sebelum hari ini, salah satunya ada water dispenser yang rusak padahal baru dibeli 6 bulan. Nyonya rumah berkata sebaiknya diservis saja, tetapi setelah hampir satu tahun ternyata tidak ada yang memanggil tukang servis, saat WFH (Kerja di rumah) yang lalu, saya buang (berikan kepada yang mau ngambil). 

Juga ada sebuah meja komputer tua yang sebenarnya untuk desktop dan rodanya sudah rusak. Meja itulah yang selama ini saya pergunakan untuk menulis blog atau bekerja. Dari sanalah berbagai tulisan di berbagai blog banyak dihasilkan.

Meja komputer tua itu juga sudah tiada. Saya meminta pak satpam dan petugas kebersihan di cluster kami untuk “membuangnya”.  

Bersama dengan dua “penghuni” itu, juga ada penghuni si RSSSSSSS (S-nya harus 7 yah) lain yang purna tugas, meja makan dan 4 kursinya. Nasibnya sama. Diangkut pakai gerobak sampah dan saya tidak tahu kemana kehidupan mereka akan berakhir. Mudah-mudahan sih masih bisa memberikan manfaat bagi orang lain.

Nah, “sudut” itu yang sempat kosong beberapa jam, sudah ditempati penghuni baru, yang membuat senyum lebar nangkring di muka saya cukup lama. Tidak peduli pinggang masih terasa pegal (maklum lah saya 150 harian lagi mencapai angka keramat 50 tahun). Tangan kaku karena menyapu, mengepel, angkut ini dan itu. Senyum lebar itu masih tidak mau pergi.

Sampai sekarang , saat jari saya menari nari bak penari tap dance di keyboard, senyum itu rasanya masih ada.

Padahal penghuni barunya itu sesuatu yang sangat murah. Bukan mobil, karena mobil tidak bisa dimasukkan ke dalam rumah, tempatnya di garasi.

Cuma sebuah…. MEJA KERJA dan KURSI.

Fotonya ada di bagian atas tulisan ini.

Memang cuma itu saja. Eh.. maaf tidak juga, ada sebuah meja makan beserta kursi juga yang datang bersamaan. Bukan yang mahal juga karena dompet kami memiliki batasan yang agak ketat, terutama di masa penuh ketidakpastian seperti sekarang.

Yang murah saja.

Keduanya itulah yang membuat hati senang bukan kepalang. Nggak beda seperti orang yang nemu berlian (boong tapinya.. soalnya saya yakin, kalau ada yang ngasih saya berlian, senangnya bakalan lebih dari ini, senyumnya bakalan lebih lebar lagi)

Norak memang. Segitu saja kok senang banget.

Tapi, memang begitu adanya sih. Emang senang banget.

Lebih dari 5 tahun menjadi blogger, bergaul dengan laptop, salah satu impian saya adalah punya meja kerja sendiri. Saking inginnya punya perlengkapan rumah yang satu ini, saya sempat membuat tulisan di blog Maniak Menulis (saya yang punya juga) berjudul, “Sebagai Blogger Yang Paling Saya Inginkan Saat Ini Adalah …”

Semua itu karena saya memang benar-benar menginginkan benda itu ada di si RSSSSSSS (Ingat S nya harus 7 yah). Si Yayang mungkin sudah bosan karena berulangkali mendengar hal yang satu ini (tapi tidak sih sebenarnya, karena dia juga bilang sudah merencanakan untuk membeli meja kerja untuk saya beberapa kali).

Bukan apa-apa.

Mungkin, karena saya sudah menua, onderdil badan sudah mulai berkarat, saya tidak bisa melakukan yang biasa generasi Gen-Z atau Millennial lakukan, seperti mengetik sambil tiduran atau sambil duduk bersila.

Pegal bro and sis. 

Tidak sanggup saya bertahan lebih dari 15-20 menit.

Itulah kenapa saya memakai meja komputer tua yang sebenarnya untuk desktop, tapi bawahnya saya gergaji dan rodanya sudah dibuang. Kursinya pakai kursi meja makan saja. Semua supaya punggung jadi lurus dan saya bisa bertahan lamaan dikit saat menulis.

Itupun bukan pemecahan yang menyeluruh. Korbannya selama lebih dari 2 tahun terakhir itu tangan saya yang kadang harus menggantung saat mengetikkan huruf demi huruf. Tidak ada tempat untuk si tangan selonjoran di meja.

Tidak nyaman banget dah!

Meja lipat penghuni RSSSSSSS 

Alhamdulillahnya, tentunya karena Allah masih memberikan rejeki kepada kami sehingga masih ada dana berlebih untuk membeli sesuatu yang lebih dari kebutuhan primer. 

Terima kasih juga kepada si Kumendan RSSSSSSS (Tujuh S inget tujuh S) yang setelah ditunjukkan meja makan liat minimalis di Atria memberikan keputusan untuk mengganti meja makan yang sudah lumayan berumur dan berukuran lebih besar. 

(Terima kasih pada kehadiran sang virus Corona juga karena dengan begitu saya bisa WFH selama hampir 3 bulan dan punya waktu luang untuk membuang banyak barang dari rumah sangat mungil kami. Dengan begitu, ruang yang tersisa menjadi agak lapang untuk kehadiran sebuah meja kerja).

Jadi, saya sekarang punya meja kerja. Memakai bahasa marketingnya, supaya kerenan dikit dan terlihat profesional adalah Lovely Bogor Network (jaringan blog punya saya) sekarang punya “kantor”, tidak lagi di ruang tamu, meja makan, atau di depan tipi.

Yang pasti, bye bye punggung dan tangan pegal terlalu cepat.

Saya bisa nyaman menulis dan mudah-mudahan, bisa lebih produktif lagi dalam menghasilkan tulisan. Keinginan yang lumayan lama tersimpan sudah terwujud sekarang.

Emang, banyak yang bakalan bilang lebay abis. Masa punya meja seperti itu saja dibuatkan tulisan, dipamerkan, dan diposting di blog. Cuma, saya tidak peduli dengan semua nyinyiran seperti itu.

Pengalaman hidup selama hampir 50 tahun mengajarkan kepada saya bahwa banyak “hal kecil” di dunia yang patut disyukuri dan dinikmati. Berpikir bahwa kegembiraan hanya harus hadir saat mendapatkan sesuatu yang “besar” akan membuat hidup terasa menekan. Kegembiraan dan kebahagiaan akan sulit hadir kalau terus meremehkan berkah dan rejeki yang diberikan oleh Tuhan.

Saya tidak akan bisa menikmati hidup saya kalau begitu. Bisa nelangsa dan putus asa setiap hari.

Sebuah meja kerja dengan bahan kayu press tidaklah mewah dan keren, tapi saya bisa terhindar dari “masalah” yang tidak menyenangkan.

(Coba saja kalau tidak percaya merasakan pegal di punggung atau sesak nafas karena terlalu lama tengkurap sambil mengetik)

Semua itu patut disyukuri. Dinikmati.

Begitulah kondisi saya saat ini. Ada gelas kopi di meja, punggung selonjor di kursi dan tangan selonjor di meja. Nyaman rasanya. 

Dan, rumah RSSSSSSS (7 huruf S .. ga boleh kurang) kami sore ini penuh dengan senyuman dan kebahagiaan dengan kehadiran meja kerja (dan meja makan lipat) baru. Semoga saja , juga ada senyuman yang sama di rumah (siapapun) yang sekarang menjadi dihuni meja komputer, meja makan dan kursi, water dispenser lama kami.

Bogor, 14 Juni 2020, di atas kursi baru.

18 thoughts on “Meja Kerja”

  1. Sudah 7 mas SSSSSSSnya hahahahahaha :))) *dibahas*

    Terus saya kaget dong kalau 150 hari lagi mas Anton 50 tahun >,< saya kira mas Anton masih mendekati 40 tahun hahaha makanya saya bilang pada post foto profil kalau terlihat seperti around 30 tahunan (dan saya pun semakin takjub sama Kribo as photographer-nya karena bisa membuat ayahnya terlihat muda) 😀 hihi but no worries, semoga pinggangnya mas Anton cuma karena cape saja ya, bukan karena usia hehehehehe.

    Eniho, saya sama seperti mas Anton, kalau kerja harus di meja kerja, menulis blog pun di meja kerja, saya nggak bisa menulis atau taruh laptop di kasur, yang ada saya tidur bukannya kerja :))) makanya kalau sedang ingin leyeh-leyeh baca blog tapi sambil tiduran, paling sesekali buka pakai handphone. Sayangnya itupun nggak bertahan lama. Jadi memang sudah habit harus di meja kerja. Kalau sudah out dari area kerja, itu artinya waktu istirahat :3

    Dan saya bisa ikut merasakan kesenangan mas Anton dapat meja kerja. Karena saya juga dulu waktu pertama kali tinggal sendiri pisah dari ortu, yang paling saya harapkan ada di rumah saya itu area kerja. Bahkan area itu lebih utama dari dapur yang notabene idaman setiap wanita (mungkin karena saya nggak begitu jago masak kali ya) haha 😀 jadi saya tau rasanya happy cuma karena punya meja kerja, bawaannya mau duduk di situ saja berjam-jam 🙂 so selamat ya mas Anton, for the new working desk semoga semakin semangat berbagi inspirasi melalui tulisan mas 😀

    Reply
  2. Alhamdulillah ada yang menghitung S dan benar ada 7 .. wkwkwkwkwk

    Berarti bapaknya ga sia-sia ngajarin motret yah. Dia bisa bikin saya "awet muda" setidaknya dalam foto. #Hidungrasanyamasihmekar nih.

    Iyah. Memang saya kurang nyaman kalau harus bekerja di luar area kerja. Rasanya gimana gitu. Mudah-mudahan pegal yang hilang dan kenyamanan juga bisa membuat saya menjadi manusia yang lebih baik juga. Soalnya kasihan si meja kalau sudah hadir, tapi saya ga bisa berguna lebih banyak lagi… wkwkwkwk..

    Tidak semua wanita harus berada di dapur kok Eno. Saya pikir itu adalah masalah pilihan saja. Saya salut pada wanita yang menikmati berada di dapur, tapi saya juga salut pada wanita yang tidak mau berada di dapur, selama mereka bisa menghasilkan karya yang bermanfaat bagi orang lain. Masing-masing punya cara dan jalannya sendiri, kalau sama malah repot dan tidak menyenangkan.

    Jadi, mau di dapur atau dimanapun, tetap menginspirasi ya Eno. Dan, terima kasih atas ucapan selamatnya hahahaha…Siapa tahu suatu waktu nanti ada hari "Meja Kerja" Sedunia…:-D

    Reply
  3. Mohon maaf tapi aku juga menghitung S nya! Takut kalau ternyata ada jebakan batman, siapa tahu ada S yang kurang tapi ternyata lengkap semua sih 😆

    Sebagai salah satu gen z, aku kadang suka nulis blog lewat hp dan sambil tiduran juga huahahaha tapi baru sebentar saja, tangan rasanya udah mau kesemutan. Apakah aku beneran gen z atau bukan ya 😂

    Ngomong-ngomong, perihal bahas meja dan kursi baru aja bisa jadi topik yang menyenangkan untuk dibaca. Emang beda kalau yang lebih berpengalaman yang nulis 😆

    Reply
  4. Bagus berarti lengkap 7 S nya .. Hahahahaha

    Berarti generasi H bukan Gen Z 😀

    Syukur lah kalau dianggap bagus. Berarti bisa memberikan contoh kalau tema dan topik apapun bisa menjadi sesuatu yang menarik tergantung cara mengolahnya. Iya Kan? Pengalaman tidak bisa dibeli, tetapi harus dijalani. Makanya, tetap semangat ya Lia.. cari pengalamanmu sendiri

    Reply
  5. Setiap kepala rumah tangga mendambakan yang namanya "man cave" atau tempat personal sang kepala rumah tangga. Saya yang sedang merencanakan renov rumah pun mempertimbangkan harus punya man cave. Untuk mas Anton, tempat inilah man cave nya.

    Ga ada yang norak kok mas, saya sangat perti pentingnya untuk punya space pribadi. Sayapun mendambakan hal yang serupa. Semoga meja dan kursinya bisa menunjang produktivitas bloggingnya.

    Reply
  6. Tidak ada hal di dunia yang patut dinikmati selain hasil kerja keras kita. Kalo kata Pram,"berbahagialah mereka yang makan dari hasil keringatnya sendiri".

    Meski terlihat minimalis, tampilannya tetap kece. Saya senang dengan segala hal yang simpel. Saya tidak mau bahas umur, tapi saya juga ketipu. Hehehe. Saya kira Omnya, eh Masnya masih 30 tahunan juga.

    Reply
  7. Lengkap pak bos! Aman, nggak ada jebakan batmannya hahaha.

    Wah, apa itu gen H? H-nya bukan halilintar kan? 😂

    Iya, betul banget. Terima kasih banyak loh kak udah menginspirasi! Jadi semakin semangat menulis dan mencari pengalaman 😆 Tetap semangat menulis juga kak! 😁

    Reply
  8. Uhuk uhuk….walaupun aku mumet melihat posisi hurus S kapital yang berdekatan, tapi setelah aku hitung, beneran ada 7 loh Pak Anton…
    ah pak anton mah bisaan aja bikin ngikik, aku dong kalau rumahku S-nya ditambahin jadi 10 saking minimalisnya rumah kami (baca sempit pol, hihihi)

    Oiya, aku pikir beli mejanya di ikea, ternyata atria, tapi cute sekali desain mejanya pak anton, pastinya menambah betah karena bener bangat…nulis blog sambil disangga diantara perut dan dengkul (itu aku) lumayan bikin boyoken dan mata berkunang-kunang setelahnya wakkakak…

    Btw, pasti yang dihadiahi pak anton dispenser, meja makan dan kursi luar biasa senang…
    Eh tapi aku jadi teringat deng, kalau di rumahku juga sama sekali ga ada meja kursi, soalnya r nya punya s 10 kali, jadi kalau ditambahi meja kursi jadi sempit banget xixixiixix…jadilah lesehan saja

    Reply
  9. Wkwkwkwkwkw… Ternyata ada yang rajin menghitung, salut sayah..:-D

    Ikea kejauhan dari rumah, jadi mampir ke Atria saja. Soale aku males nyetir ke Sentul. Puegel rek.

    Desain sih sebenarnya nomor kesekian karena kupikir yang penting ada meja yang nyamanan. Daripada boyoken kayak yang Nita bilang. Wis tue.. repotzzky.

    Aaamiin… mudah-mudahan saja masih bisa bermanfaat.

    Mau rumah seukuran apapun, yang penting mah punya rumah. Iya nggak Nit, kita harus mensyukuri apa yang kita punya, biar cuma RSSSSSSS (percayalah S-nya ada 7). Insya Allah pada saatnya Allah akan memberi rejeki jadi bisa beli rumah yang besar cukup untuk 7 turunan.

    Nanti tipe rumahnya jadi RBSBJBSU (Rumah Besar Sekali Bisa Jungkir Balik Seenak Udel)

    Reply
  10. Salam kenal Pak Anton..
    Saya ngikik sendirian di kamar baca postingannya.
    Tapi emnk bener loh pak. Saya belajar bahwa sesuatu yang membahagiakan bukanlah sesuatu yang besar tpi bisa dimulai dari sesuatu yang kecil, Yah walaupun pengalaman hidup saya nggak sebanyak Pak Anton :D.

    Saya di tempat kerja sering dibully karena motor butut saya yang sering saya pakai ke tempat kerja. Maklum motor jadul, nggak kaya rekan-rekan saya yang bawa motor aduhai dan besar2..
    Tapi nggak apa. Kalau ada yang bilang motor saya butut. Saya senyumin aja, soalnya mereka mana ngerti saya nabung dari zaman SMP buat beli motor sndiri pas SMA. udah gtu mereka mana ngerti kalau ini motor yang udah nemenin saya melewati berbagai macam rintangan sewaktu SMA, kuliah di perantauan, susahnya cari kerja.. hahaha

    Aduhh maaf pak malah jadi curhat.. 😀

    Reply
  11. Salam kenal Bayu..

    Hush.. jangan ngikik sendirian, Ntar disangka kesambet, repot lah.

    Berbanggalah dengan apa yang kita punya dan apa yang kitas hasilkan Mas Bayu. Lebih baik begitu daripada menggunakan sesuatu hasil meminjam.

    Tidak dilarang curhat disini, bebas saja lah.. hahaha..tapi salut dengan usaha mas Bayu untuk mendapatkan motor butut itu. Jempol untuk itu.

    Reply
  12. Alhamdulillah, saya nggak perlu lagi ngecek S-nya ada berapa karena orang-orang di komentar sudah memastikan…. (hehehe peace)

    Saya juga golongan yang harus duduk serta menghadap meja kalau menulis. Orang yang laptopan di kasur sambil tengkurap, atau bahkan pakai meja lipat di lantai saja saya susah. benar-benar harus duduk di kursi, tegak. Rasanya idenya lebih muncul, menulis lebih lancar, beda kalau tiduran, bawaannya mau buka youtube saja…

    Sekarang, karena saya masih tinggal di kontrakan ekstra sempit, sekarang saya nyolong meja kerja suami ketika dia ngantor. Meja kerja saya ditinggal di rumah orangtua. Moga-moga nanti bisa diangkut kembali.

    Ngomong-ngomong, meja makannya juga lucu mas. Itu beli di mana kah? Bisa dilipat soalnya, bagus.

    Reply
  13. Hahahah.. yang komentar belakangan beruntung ga perlu ngecek..

    Angkut.. eh.. ga papa kok pake yang pak suami.. 😀

    Saya beli di atria Bogor. Memang itu senengnya karena bisa dilihat…hahahaha

    Reply

Leave a Reply to rahul syarif Cancel reply