Suara Hati Istri

Nama sinetronnya memang seperti itu.

Sinetron ini ditayangkan rutin oleh salah satu TV Swasta * Indosiar kalau tidak salah*, pada prime time atau waktu utama setiap hari.

Konsepnya, seperti juga banyak konsep sinetron lain di Indonesia yang sepertinya tidak pernah berkembang, masih berlandaskan pada “kebaikan” akan selalu memang melawan “kejahatan”. Tidak berbeda jauh dengan berbagai konsep sandiwara, fragmen atau tayangan TV di masa lalu.

Selalu terlalu berat dengan pesan moral.

Alurnya juga masih berdasarkan pada teori jadul, tokoh utama akan “kalah” dulu sebelum kemudian pada akhirnya akan keluar menjadi pemenang. Jagoannya akan tersiksa terus menerus dan bertubi-tubi sepanjang penayangan, sebelum pada ujungnya menjadi “jagoan”. Kadang membuat saya ingin menjadi “penjahat” karena terus menerus bisa mengalahkan tokoh utama.

Jalan ceritanya pun selalu di luar logika. Banyak hal yang tidak masuk akal yang terjadi dan kemenangan si tokoh utama, biasanya akan ditunjang oleh hal-hal yang sulit diterima akal, tetapi pasti akan diiyakan dari sisi keyakinan bahwa Tuhan Maha Berkehendak.

Si Kribo biasanya nyeletuk, pasti ujungnya “kena adzab”. Entah si orang jahatnya mati, sakit, cacat, atau mengalami kecelakaan yang adegannya terlihat sekali produsennya masih menghitung biaya produksi.

Tidak banyak berbeda dengan genre sinetron di masa lalu yang banyak mengabaikan logika penonton.

Namun, saya tahu dengan dipasangnya sinetron ini di area prime time, penontonnya banyak sekali. Iklannya juga seabreg-abreg dan seperti biasa sangat menjengkelkan.

Ditilik dari topiknya, saya juga bisa memahami mengapa sinetron jenis seperti ini bisa laku dan punya rating tinggi. Biarpun dibuat dengan cara ala kadarnya, penuh tangisan, teriakan, dan hal-hal yang kurang bisa diterima akal, ada satu hal yang membuatnya populer.

Poligami. Topik abadi yang selalu akan menarik minat baik pria atau wanita karena memang selalu diperbincangkan dimana-mana, di setiap zaman.

Mayoritas sinetron yang ditayangkan akan selalu menghadirkan masalah suami beristri dua. Istri yang satu adalah orang baik, yang kedua biasanya “jahat”. Hampir tidak pernah ada yang sama-sama baik. Suaminya biasanya selalu memilih yang kedua dulu, sebelum kembali ke istri yang ke-1, setelah diberi “wangsit”.

Kaum pria selalu digambarkan sebagai penuh nafsu, makhluk tak berpendirian, dan sering juga bodoh. Women rule, wanita berkuasa sedangkan pria selalu berada di bawah pengaruh para tokoh wanita, baik istri pertama, kedua, atau pacarnya. Pria adalah makhluk lemah dan bodoh.

Sinetron yang mengabaikan logika.

Bukan jenis tayangan yang saya sukai.

Namun, kalau membaca penggambaran tentang sinetron “SUARA HATI ISTRI” ini, jelas sekali tersampaikan bahwa saya sering menontonnya. Dan, itulah memang kenyataannya.

Sejak pandemi memaksa saya lebih banyak di rumah, sinetron ini adalah salah satu yang paling sering saya tonton.

Terus terang, bukan karena karena terlalu banyak waktu karena ada pilihan lain yang bisa saya lakukan, seperti menulis di blog. Ada satu alasan lain yang membuat saya melakukannya.

TV saya cuma satu.

Pada saat jam tayang sinetron ini, sudah pasti si Yayang akan segera berselonjor di karpet dekat meja tulis saya dan mengalihkan saluran TV untuk menontonnya. Saat-saat yang ditunggunya setelah bekerja seharian mengurus rumah.

Ia sangat menikmatinya.

Ia juga tahu bahwa sinetronnya akan begitu-begitu saja dan jalan ceritanya sudah bisa ditebak. Tapi, ia sangat menyukainya. Tidak jarang ia ikut sebal terhadap si tokoh suami dan wanita kedua dan mensyukuri ketika adegan “pembalasan” tiba.

Istri saya suka menontonnya.

Lalu, saya kenapa ikut menontonnya? Yah, karena orang tersayang saya menyukainya. Ia rutin menontonnya.

Jadi, saya pun biasanya memutuskan untuk ikut menonton dan “menikmatinya”. Dengan begitu saya bisa menghabiskan waktu dengan orang tersayang, berkomunikasi dengan bercengkerama dengannya. Kadang saya ikut “mensyukuri” saat pembalasan tiba bagi sang tokoh jahat.

Saya menikmati sinetron itu, bukan karena berbagai hal teknis atau isinya, tetapi karena saya punya kesempatan bersama dengan orang kesayangan saya. Saya memiliki kesempatan untuk “nyambung” dalam hal yang ia sukai. Saya bisa masuk ke dunianya, dunia ibu rumah tangga.

Tidak jarang juga kami jadi merembet pada bergosip tentang apa yang terjadi di lingkungan dimana kami tinggal.

Menonton sinetron ini juga membuat saya bisa belajar banyak *bukan dari sinetronnya* tentang memahami kekhawatiran atau pandangan si mantan pacar itu tentang hubungan suami istri.

Jelas, sinetron ini bukan tontonan yang sesuai dengan selera saya.

Hanya orang tersayang saya lah yang kemudian membuat saya menjadikannya sebuah tontonan “wajib” dan tidak boleh lewat. Ia mengubahnya menjadi sesuatu yang “penting”.

“Suara Hati Istri” memberikan sebuah kesempatan untuk menghabiskan waktu bersama dengan orang tersayang saya.

Sinetron ini juga memberi kesempatan untuk mencoba memahami lebih jauh tentang dunia ibu rumah tangga. Dunia yang dijalani si mantan pacar demi keluarganya dengan mengorbankan dunia yang dulu dijalaninya.

Dunia yang harus saya hargai dan coba ikut nikmati karena bagaimanapun, itu adalah bagian dari kehidupan kami sebagai keluarga.

(Bogor, 7 Desember 2020)

11 thoughts on “Suara Hati Istri”

  1. Aku jadi ingat ada yang bilang, “nggak selalu jenis makanannya yang bikin enak, tapi sama siapanya itu bisa bikin jadi lebih enak” saat kami sedang makan bersama. Mungkin bisa diterapkan di case ini juga.

    Kadang tanpa kita memaksakan diri untuk menyukai sesuatu, kita terbawa jadi menyukai hal tersebut karena ada orang yang kita sayang disana. Dari benci, jadi cinta. Yah, gitulah kasarannya.

    Mungkin inilah tandanya kita nggak boleh terlalu nggak suka a.k.a benci terhadap suatu hal wkwkwkw

    Reply
    • Iya Alfiya.. hahahaha…sering yang terpenting adalah orang yang ada di sebelah kita. Sisanya mah lewat…

      Betul banget jangan pernah benci sama sesuatu karena manusia itu bisa berubah.. wakakakaka

      Reply
  2. Huahahaha, sinetron seperti ini memang sinetron ‘cari penyakit’ tapi seru untuk ditonton, mas 😂 Case-nya mirip sama saya, meski bukan sinetron, tapi kadang saya suka menonton drama yang ceritanya agak aneh.

    Terus habis itu misuh-misuh ke pasangan, “Ih brengsek ya, kenapa dia selingkuh coba?” atau, “Ih jahat banget, syukurin akhirnya bla bla bla.” Pokoknya sudah tau ceritanya aneh, tetap ditonton, terus gemas sendiri, hahahahaha. Makanya sama si kesayangan suka dibilang cari-cari penyakit 😂 Herannya, dia masih menonton setiap kali saya ajak, mungkin dia berpikir sama seperti mas 🙈

    Eniho, terima kasih cerita manisnya, mas 😍

    Reply
    • Hahahahaha…. emang “penyakit” sih Eno, tapi kan lebih besar “untungnya”. Jadi yah kadang dinikmati saja.. wakakakaka

      Kadang saya sampe mikir sendiri, lah ini kan bukan selera saya, tapi yah gimana yah.. wakakaka udah bucin ma Yayang, jadi tak apalah.. hahaha.. walau kadang ga mudeng kenapa bisa begini kenapa bisa begitu..

      Reply
  3. Kalau saya ngalamin hal itu malam pak, Karena saya dan istri sama2 bekerja.😊

    Dan berkumpul kembali malam hari jadi terkadang saya juga sering seperti yang bapak tulis diatas.

    Menemani sang istri nonton tv baik sinetron atau acara lainnya walau kita sendiri tidak tertarik dengan acara yang istri kita tonton. Tetapi intinya kebersamaan dalam keluargalah, Agar semuanya tetap bisa berjalan baik. Yaa meski terkadang harus rela tertunda untuk menulis gara2 menemani istri menonton Tv.😊😊

    Salam Kenal Bapak Anton, Waah hebat blog anda banyak sekali. Mampir yaa pak biar bisa saling kenal.😁🤣🤣

    Reply
    • Hadeuh si Ntong.. wakakaka… pake misteri misteri segala.. hahahahahahaha.. udah pake alamat gmail masih ada naa jelasnya, fotonya terpampang.. wakakaka.. dah gitu pake salam kenal-salam kenal segala… Pekabar Tong, masih sibuk yah..

      Iyah Tong, gue juga sering milih nonton barengan.. waktunya sayang dilewatkan. Bukan masalah suka atau kagak, adanya si Yayang itu yang bikin menyenangkan..

      btw, dah pergi ke tempat cerpenmu disembunyikan .. lucu lucu juga.. hahaha ga nyangka si Ntong bisa gitu

      Reply
  4. Wkwkwk papa dan mamaku di rumah juga suka nonton FTV ini, hampir setiap hari sebelum pandemi. Sesudah pandemi tiba, FTVnya hanya diputar ulang saja jadi nggak nonton lagi karena udah hafal ceritanya 🤣 beneran hafal sampai baru menonton 5 menit awal aja, udah tahu cerita lanjutannya saking seringnya nonton.
    Meskipun FTV ini jalan ceritanya gitu-gitu aja dan mudah ketebak, tapi di sisi lain jadi membentuk quality time juga untuk papa dan mamaku. Persis seperti yang Kak Anton ceritakan hahahaha
    Jadi, kita harus berterima kasih nih dengan FTV Suara Hati Istri ini karena udah membangun quality time untuk para bapak dan ibu khalayak meskipun isi ceritanya kadang di luar logika 😂

    Reply
    • Iyah, mau tidak mau saya harus berterima kasih karena akhirnya jadi tambah sering bercanda sama si Yayang pas nonton. Ikut seru bahas sinetronnya. Padahal, sinetronnya ga seru, yang seru pembahasan kita berdua…

      Yah, kali ini saya menerima kadang logika bukanlah segalanya.. hahahaha

      Iyah juga banyak yang di-rerun sekarang episodenya… tapi yah ga penting juga kan.. wakakaka

      Reply
  5. wakakakakakaka, kaaann … kannnn… kaaann. saya baca judulnya aja udah ngakak, qiqiqiqiq.
    Tapi kece ih si Bapak, biarpun bukan selera, tapi menemani tersayang nonton adalah selera yang penting ya Pak!

    btw yang namanya sinetron sedih-sedih dan jahat, tak akan pernah dikalahkan ama drakor.
    Itulah mengapa, TV lainnya mulai ikutan yang katanya norak-norak itu, poligami lah, perselingkuhan lah, itu jauh lebih menarik penonton ketimbang yang santai-santai aja hahahaha

    Reply
    • Ya.. abis gimana Rey. Tipi dikuasain.. kalau nggak pas saya nonton, dia nanya, mas kan nanti ada ulangannya yah.. sinyal supaya beralih channel.. hahahaha

      Hihi iya Rey.. saya pada akhirnya jadi menikmati sekali nonton suara hati istri.. Malah kadang ikutin mencoba menganalisa, walau hasilnya ya babak belur dan ga keruan, tapi kok yah senang saja cekakakan berdua.. Kayak pacaran lagi gitu..

      Yup… sinetron-sinetron kayak gini bakalan langgeng karena sangat relate dengan kehidupan sehari hari di Indonesia…Yah setidaknya sekarang saya tahu cara menikmati sinetron kayak gini. Tapi catatannnya, kalau ditemenin nontonnya, kalau nggak yah saya pindah channel

      Reply
    • Ya.. abis gimana Rey. Tipi dikuasain.. kalau nggak pas saya nonton, dia nanya, mas kan nanti ada ulangannya yah.. sinyal supaya beralih channel.. hahahaha

      Hihi iya Rey.. saya pada akhirnya jadi menikmati sekali nonton suara hati istri.. Malah kadang ikutin mencoba menganalisa, walau hasilnya ya babak belur dan ga keruan, tapi kok yah senang saja cekakakan berdua.. Kayak pacaran lagi gitu..

      Yup… sinetron-sinetron kayak gini bakalan langgeng karena sangat relate dengan kehidupan sehari hari di Indonesia…Yah setidaknya sekarang saya tahu cara menikmati sinetron kayak gini. Tapi catatannnya, kalau ditemenin nontonnya, kalau nggak yah saya pindah channel

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply