![]() |
Bunga Teratai dan Istana Bogor, 2017 |
Hari ke-34 masa Work From Home alias kerja di rumah, jatuh bersamaan dengan hari pertama bulan puasa.
Situasinya terlihat berbeda dengan kemarin.
Kalau kemarin situasinya masih hiruk pikuk , terutama karena pernyataan “Mudik Tidak Sama Dengan Pulang Kampung” dari bapak Presiden RI, Pakde Jokowi, hari ini sepertinya semua menahan diri.
Bahkan di timeline Twitter yang biasa penuh kerusuhan akibat perdebatan seru antar dua pendukung yang berseberangan, hari ini semua terlihat sepi. Semua menahan diri untuk menghormati datangnya bulan Ramadhan.
Tidak sopan dan tidak tahu etika namanya kalau bulan suci ini dikotori dengan perkataan buruk yang terlontar atau makian merendahkan.
Semua kembali ke level “normal” dan biasa saja.
Tentu saja, bukan Indonesia namanya kalau tidak ada yang membangkang dan mengabaikan perintah untuk #dirumahaja atau #pakaimasker. Masih banyak sekali orang yang merasa dirinya memiliki kekebalan tubuh terhadap sang virus Covid-19, yang sebenarnya saudara dari virus flu.
Tidak heran juga melihat masih banyak orang yang berusaha tetap mudik, meski sebagian bisa disuruh putar balik ke tempat asal oleh pak polisi dan aparat lainnya.
Bukan Indonesia namanya kalau semua patuh. Kalau rakyatnya patuh, manut, nurut, nama negaranya Cina, Vietnam, atau Taiwan.
Justru itu yang menunjukkan bahwa situasi “normal-normal” saja dan berbeda dengan kemarin. Tenang dan sepi ala Indonesia.
Kehidupan saya pun semakin mendekati titik “normal”. Jika sebelumnya terasa sekali penurunan produktivitas dalam berbagai bidang, hari ini sepertinya sudah bisa dipaksa dan didorong agar bisa lebih menghasilkan.
Rumah tetap bersih dan, mudah-mudahan, terjaga karen disemprot Dettol. E-mail pekerjaan tuntas dan terjawab semua. Database sudah diupdate dan dirapihkan. Dan, yang menyenangkan, saya sudah bisa mengisi blog lebih banyak lagi.
Meski situasi belum 100% normal, tetapi ritme kehidupan saya dan keluarga, sampai sejauh ini sudah beranjak menuju batas “normal” yang baru, yaitu batas yang diperbolehkan Covid dan pemerintah. Di dalam rumah saja, tetapi tetap produktif.
Mudah-mudahan besok bisa berbeda dengan hari ini, karena saya tidak mau besok tetap sama. Dalam artian, bolehlah situasinya sama karena memang masa sulit dan tidak bisa diselesaikan dengan cepat, tetapi dalam hal produtivitas sebagai manusia, sama dengan kemarin artinya tidak ada kemajuan.
Jadi, dalam hal itu, saya berharap besok akan berbeda, lebih baik dari hari ini.
Semoga.
Bogor, 24 April 2020 ( ketika waktu menunjukkan pukul 7.34 menurut jam di laptop, meski jam dinding menunjukkan angka yang berbeda)