No TV No Cry : Ketika Televisi Tidak Berfungsi

No TV No Cry : Ketika Televisi Tidak Berfungsi

Sudah tepat satu minggu, tepatnya sejak pindah ke rumah kontrakan, TV tidak berfungsi.

Bukan karena tertimpa puing atap rumah yang sedang diperbaiki, tetapi karena di rumah sementara kami tidak ada antenanya. Maklum rumah sewaan kami hampir tidak pernah diisi. Jadi, perlengkapan standar tidak ada sama sekali.

Meskipun sudah membeli antena dalam dengan booster, tetap saja sinyal TV tidak bagus. Layarnya tetap lebih seperti semut ngumpul.

Alhasil, ya tidak bisa menonton acara apapun.

Untungnya, tidak ada yang merasa berkeberatan dengan kondisi ini. Baik si kribo atau nyonya besar sepertinya adem ayem saja.

Memang, sudah sejak lama, masing-masing punya kegiatan sendiri. Si kribo sibuk dengan sekolah, OSIS, gitar, dan tentunya game di hapenya. Mantan pacar, sibuk dengan memasak, cucian kotor, setrika, dan yang terbaru menulis karena dia ikut tim redaksi blog di kompleks. Kerap juga dia membaca atau berkomunikasi dengan adik-adiknya via video call.

TV hanyalah hiburan kadang-kadang saja. Tidak mutlak. Pelengkap.

Jadi, kalau berfungsi baik, OK ada tambahan sarana hiburan, kalau tidak, ya no problemo. Banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu.

Saya sendiri sudah sejak 5 tahun lalu, tepatnya sejak menjadi blogger, keberadaan dan peran TV dalam hidup saya semakin mengecil. Porsinya mirip 5 ekor ikan teri saja.

Kegiatan saya lebih banyak dihabiskan di hadapan laptop. Kebanyakan untuk menulis posting atau di gadget, untuk membaca berita atau menulis artikel.

Jadi, kalau Bob Marley bernyanyi “No woman mo cry”, kami bersenandung “No TV No Cry”.

(Bukit Cimanggu City, Bogor, 8 Juli 2019 di bangku depan TV yang cuma terdengar jelas suara tanpa ada gambar. Jam menunjukkan pukul 22.12 di hape dan 22.07 di dinding. Yang manapun belum saatnya tidur)

Leave a Comment