Lagi iseng bongkar-bongkar file foto lama. Sebagai seorang penggemar fotografi, saya memiliki ribuan (atau puluhan ribu) foto.
Dan, saat buka folder foto tahun 2016, ada beberapa foto Billy, seekor kucing Angora yang sebenarnya bertampang cute dan cantik. Maklum kucing ras. Bulunya bagus dan matanya juga bagus, makanya saya coba membuat fotonya.
Cuma, meski cantik, Billy selalu menggiring kenangan saya ke beberapa hal buruk dan menyedihkan.
Salah satunya adalah karena dia juga yang menyebabkan saya masuk rumah sakit dan menjalani operasi pada tangan.
Hampir dua tahun kemudian, hewan lucu milik tetangga ini mencakar tangan saya tanpa sebab. Buruknya lagi, rupanya saat mencakar ia sudah berada di dalam kandang selama satu minggu saat pemiliknya pergi. Hasilnya kukunya menjadi kotor dan belum sempat dibersihkan.
Hasil cakaran itu menyebabkan tangan saya mengalami infeksi parah. Kata dokter, nanah memenuhi sepanjang bagian dari pergelangan sampai hampir ke siku.
Memang sangat menyakitkan karena sebagai hasil dari cakarannya, saya harus bolak balik dokter dan rumah sakit karena mengalami kesakitan yang sangat.
Tetapi, setiap melihat Billy, si kucing ini, ada satu hal lagi yang menyebabkan selalu hadir rasa sedih sekaligus kangen kepada seseorang, almarhum ibunda. Padahal, ibu tidak kenal Billy sama sekali.
Masalahnya, di saat saya sedang sakit akibat infeksi tadi, ibunda berpulang ke Rahmatullah. Tepat pada saat saya seharusnya pergi ke dokter bedah. Beliau meninggalkan saya untuk selama-lamanya.
Dua musibah yang datang hampir bersamaan.
Jadi, saat melihat foto ini, ada rasa sedih, teringat saat ibu yang membesarkan saya wafat dan sekaligus kangen ingin mendengar lagi suaranya. Sama halnya dengan setiap kali saya melihat ke pergelangan tangan kanan dimana ada tanda bekas operasi yang dilakukan 1 minggu setelah ibunda meninggal. Bayangan salah satu orang terkasih selalu saja muncul, tidak pernah tidak.
Billy sendiri pada akhirnya diberikan kepada orang lain oleh sang pemiliknya. Bukan akibat karena saya mengeluh dan mempermasalahkan kecelakaan dengan si Billy.
Pemiliknya merasa sangat tidak enak karena merupakan teman baik, tetapi saya mengatakan bahwa itu adalah kecelakaan dan bisa terjadi kepada siapa saja. Saya tidak mempermasahkan dan menuntut ganti rugi meski biaya pengobatan lumayan juga.
Kucing ini diberikan secara cuma-cuma kepada orang lain karena ternyata ada kasus kedua dimana ia mencakar anak tetangga lainnya. Bajunya sampai robek.
Pemiliknya yang khawatir keberadaan kucingnya ini bisa membahayakan orang lain, memutuskan untuk membiarkan orang lain yang merawatnya. Walaupun anak-anaknya menangis karena tidak rela, tetapi pada akhirnya mereka memutuskan yang terbaik adalah Billy tidak lagi berada di lingkungan kami lagi.
Meski kadangkala, pemilik barunya beberapa kali membawanya bermain ke rumah, Billy sudah tidak lagi bersama kami. Tetapi, sampai sekarang, ketika mata tertumbuk pada sosoknya saat mencari foto untuk tulisan, ingatan selalu langsung mengingat saat ibunda menghembuskan nafas terakhirnya.
(Bogor, Bukit Cimanggu City, 7 Juli 2019, saat sedang mencari foto yang berakhir bengong dan terkenang masa lalu, sebelum kemudian sadar dan mengetikkan jari ke keyboard. Jam dinding menunjukkan pukul 20.24. Belum saatnya tidur)