Menampar Kesombongan

SMA Negeri 10, Bogor, 2016 – Kredit Foto Arya Fatin Krisnansyah

Lucu. Tersenyum juga melihat tanggapan dari jubir pemerintah dalam urusan penanganan Covid-19. Hari ini sang jubir mengakui bahwa angka yang terinfeksi virus tersebut masih naik turun dan menyulitkan untuk memprediksi.

Sikapnya bertentangan sekali dengan pernyataan beberapa menteri dalam kabinet Pakde Jokowi .

Salah satu menteri mengatakan wabah Covid-19 sudah menunjukkan tanda perbaikan. Grafiknya sudah melandai dan tidak ada lonjakan drastis. Menteri lainnya bahkan mulai mewacanakan akan ada relaksasi PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dengan landasan pemikiran bahwa PSBB itu merepotkan banyak orang.


Lebih parahnya lagi, rencana berisi langkah-langkah perbaikan ekonomi sudah disiapkan dan beredar di masyarakat.

Sepertinya, banyak anggota pemerintahan yang sudah memandang bahwa pandemi Corona di Indonesia akan segera berakhir.

Hal itu mungkin terjadi karena pernah dalam satu hari, jumlah pasien baru yang terinfeksi berada di bawah angka 300. Setelah sebelumnya rutin terus menerus berada di atas 300, hari itu, angkanya tidak mencapai angka biasa.

Tapi, belum lagi perdebatan tentang pernyataan para pemegang wewenang itu hilang dari linimasa di internet, sebuah fakta baru keluar tanggal 9 Mei yang lalu. Pasien Covid-19 bertambah 533 orang . Hari ini angka itu turun tapi tetap jauh dari 300, yaitu 387 orang.

Sepertinya mbak Corona sedang mengingatkan, “Jangan sombong lu pade!. Gue berbahaya tau nggak dan nggak mudah dilawan”

Bisa dikata sang virus yang sudah memakan korban nyawa ratusan ribu orang itu mengingatkan bahwa ia tidak mudah ditaklukan. Ia mengingatkan kepada siapapun agar siapapun yang berbicara tentang dirinya memperlakukannya dengan “hormat”.

Sang “mahkota” seperti menampar muka para pejabat itu di hadapan masyarakat.

Padahal, hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi kalau para pejabat lebih mawas diri terhadap perkembangan yang ada di Indonesia. Jumlah pasien positif meningkat jauh di atas pasien yang sembuh. Jumlah PDP dan ODP terus merangkak naik melebihi angka penderita yang bisa terobati.

Memang, untuk membuat masyarakat tetap bisa berpikir positif, terlihat gejala di media, dimana berita penambahan pasien sembuh didahulukan dan dikedepankan. Data naiknya pasien positif agak dimundurkan.

Tapi, hal itu sebenarnya memberi impresi yang salah kepada masyarakat bahwa Covid-19 sudah tertangani dengan baik di Indonesia. Padahal, sebenarnya jauh dari itu. Hal itu terlihat dari perkembangan data yang ada.

Wabah Covid-19 masih menyebar dan terus menyebar dari hari ke hari.

Tidak selayaknya, para pejabat publik terus mencoba menutupi kenyataan ini dengan menonjolkan keberhasilan semu yang tidak didukung data.

Jika terus menerus hal seperti ini dilakukan, maka masyarakat akan tergiring pada opini bahwa sudah tidak berbahaya lagi beraktivitas dengan bebas. Sesuatu yang jelas jauh dari kenyataan karena korban meninggal pun terus bertambah.

Dua hari ini memang sepertinya Corona menampar kesombongan para pemangku jabatan publik di Indonesia. Mereka memperlihatkan bahwa kondisi tidak seperti yang digembar-gemborkan oleh para pejabat tadi. Ia menunjukkan bahwa ancamannya masih ada dan tidak kurang dari sebelumnya.

Mudah-mudahan saja, tamparan sekeras ini akan membersihkan pikiran para menteri dan pejabat lainnya dari kesombongan yang sejak awal masuknya Corona di Indonesia terbuang ke tempat sampah. Selama ini sudah terlalu banyak pernyataan bernada meremehkan virus ini yang dikeluarkan pejabat publik Indonesia.

Semoga tidak ada lagi kekonyolan yang terjadi hanya karena kesombongan ada di tangan pemangku wewenang. Bukan apa-apa, seperti biasa semakin sombong seseorang, semakin mereka sulit melihat kenyataan dan fakta.

Jika hal itu hanya berimbas pada diri yang mengeluarkan pernyataan saja, saya bisa bilang, “Terserah elu aja deh”

EGP.

Cuma kesombongan para pejabat ini bisa berimbas pada makin banyaknya korban di kalangan masyarakat umum.

Jadi, stop kesombongan dalam menghadapi Corona, perlakukan dengan hormat agar kita tetap bisa melihat realita yang ada.

Bogor, 10 Mei 2020